Kyrene Alethea terdiam. Di Sun’s
cafe, Kyrene dan Leo sahabat yang disayanginya ini sedang berbincang di akhir
pekan yang berawan. Leo memberikan pertanyaan yang membuat Kyrene terdiam.
Pertanyaan itu bukanlah pertanyaan yang sulit untuk dijawab, hanya saja Kyrene
merasa pertanyaan itu menampar Kyrene dengan apa yang telah terjadi selama ini.
Awalnya Leo bertanya, “Kyrene, apa yang sudah kau lakukan untuk orang-orang
disekitarmu? Sudahkah kau membahagiakan mereka? Apakah orang-orang disekitarmu
sudah membahagiakanmu?”. Saat itu Kyrene hanya menjawab, “Ya, aku bahagia
dengan orang-orang disekitarku. Dan aku yakin, aku sudah membahagiakan
orang-orang disekitarku.”
“Aku senang mendengarnya. Jadi,
siapakah yang kau maksud orang-orang disekitarmu ini?”
“Tentu saja keluargaku,
sahabatku, bahkan kenalan-kenalanku.”
“Aku percaya mereka semua
bahagia. Apakah orang tuamu sehat? Kapan terakhir kali kalian liburan bersama?”
“…”, Kyrene terdiam. Ia mencoba
mengingat kapan terakhir kali mereka liburan bersama. Semakin Kyrene mencoba
mengingat, semakin jauh memori-memori kebersamaan Kyrene dengan orang tuanya.
Ya, Kyrene bahkan lupa moment kebahagiaan mereka. Bagaimana mungkin hal yang
diingat Kyrene adalah saat ia berlibur ke beberapa pulau dengan sahabat-sahabatnya?
Apakah sudah selama itu Kyrene melewatkan moment kebersamaan dengan orang
tuanya?
“Leo, sepertinya aku harus
menarik kembali ucapanku. Sepertinya aku melupakan banyak hal. Aku hanya
mengingat moment kebersamaan dengan sahabat-sahabatku. Aku tidak ingat kapan
terakhir kali aku meluangkan waktu dengan orang tuaku. Sepertinya aku sudah
melewatkan banyak kesempatan untuk membuat orang tuaku bahagia Leo.” Kyrene
tersenyum sinis. Dia kecewa dengan dirinya sendiri. Dia mengerti arah dari
pertanyaan Leo. Leo berusaha menggiring pikiran Kyrene untuk membuat dirinya
kembali mengingat kedua orang tuanya yang semakin hari terlihat semakin tua.
Putri kecil kebanggaan mereka kini sudah tidak lagi kecil.
Sudah sejak lama Leo
memperhatikan hubungan Kyrene dengan kedua orang tuanya yang merenggang. Dan
Leo merasa bahwa Kyrene harus disadarkan dengan situasi tersebut. Leo bercerita
bahwa kemarin, ayah Kyrene berbicara dengan Leo, lucunya pertanyaan yang
ditanyakan adalah mengenai kabar Kyrene dan apa yang sedang terjadi dalam
kehidupan Kyrene. Hal itu membuat Leo bertanya kepada ayah Kyrene mengapa tidak
menanyakan langsung kepada Kyrene. Dan ayah Kyrene menjawab, “Putriku sudah
tidak kecil lagi, ia sudah tidak mengadu setiap kali merasakan dan mendapatkan
hal yang tidak mengenakan. Ia sudah tidak memintaku untuk menghukum orang-orang
yang membuatnya kesal. Dia sudah semakin besar. Dia membatasi waktunya untuk
bersamaku. Dia memiliki buku diary yang menjadi wadah untuk segala curahan
hatinya. Ia memilikimu untuk segala
masukan yang harus dia dapatkan dari segala masalahnya. Bahkan Kyrene hanya
sedikit membagi ceritanya kepada ibunya. Dia pulang kerumah untuk
mengistirahatkan tubuhnya di kamar setelah lelahnya menjalani hari-harinya. Di
waktu liburnya, dia memilih untuk berlibur dengan teman-temannya. Dia mengatasi
segala kebutuhan dan masalahnya sendiri. Dia sudah tidak membutuhkan saran atau
nasehat dariku. Putri kecilku tumbuh menjadi ratu yang kuat. Percayalah Leo,
aku sangat bahagia dengan segala yang terjadi padanya. Dia berhasil untuk
mengurus kehidupannya sendiri. Dia bahagia dengan segala yang ia punya. Dia
selalu bisa tersenyum disegala permasalahannya. Hanya saja Leo, Kyrene tetaplah
putri kecilku. Bagaimanapun ia tumbuh menjadi ratu yang kuat, aku tetap merindukan
putri kecilku. Aku tau, aku tidak bisa membuang waktu pentingnya hanya untuk
menemaniku berbincang. Aku tidak bisa untuk memintanya terus menerus untuk
menjadi putri kecilku. Aku rasa, aku hanya menjadi seorang raja yang egois jika
mengurung sang putri dengan menghalanginya untuk menjadi ratu kelak. Maka dari itu
aku berusaha menghormati segala keputusan dan tindakannya. Aku mencoba mengerti
mengapa ia sulit untuk meluangkan waktunya bersamaku. Aku bahagia atas Kyrene.
Aku bahagia ia memiliki sahabat sepertimu Leo. Aku merasa kau sangat membantuku
untuk memantau putri kecilku. Aku senang untuk mengetahui kabar tentang
putriku. Aku berterima kasih atasmu Leo.”
Mendengar cerita Leo tersebut,
Kyrene menangis. Kyrene hanya berkata, “Leo, aku ingin pulang. Aku merindukan raja dan ratuku. Aku ingin menghabiskan waktu untuk satu-satunya raja dan ratuku. Aku
merindukan orang tuaku.”
Banyak hal yang terjadi setelah
kita semua beranjak dewasa. Semakin banyak hal yang harus kita kerjakan,
semakin banyak hal yang harus kita tinggalkan. Tidak ada salahnya menjadi
dewasa. Hal itu baik untuk kelanjutan kehidupan kita kedepannya. Segala
kejadian tersebut melatih bahkan memaksa kita untuk bertanggung jawab dan lebih
bijaksana dalam menjalani kehidupan kita. Seringkali hal atau seseorang yang
selalu ada untuk kita malah kita sisihkan dan kita letakan di urutan terakhir
dalam hidup kita hanya karena kita tau bahwa orang tersebut akan selalu ada
untuk kita dan selalu mendukung kita apapun yang terjadi. Yang sangat
disayangkan adalah saat kita tidak menyadari bahwa orang yang kita letakan di
urutan terakhir tersebut adalah orang yang sebenarnya meletakan diri kita
sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Dewasa bukan hanya diukur dengan
pengalaman yang banyak. Bukan hanya bagaimana kita memecahkan masalah dalam
hidup kita. Dewasa juga diukur dari bagaimana kita bersikap dan bagaimana kita
menghargai orang lain seperti orang lain menghargai kita, bagaimana kita
meyakini bahwa kita saling membutuhkan. Karena dewasa tidak mungkin didapatkan tanpa
bantuan orang lain.
Ditulis oleh :
Addini D. Haqque
10214179 / 4EA10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar