Sabtu, 07 Oktober 2017

Tulisan 1: Putri Kecil Raja

Kyrene Alethea terdiam. Di Sun’s cafe, Kyrene dan Leo sahabat yang disayanginya ini sedang berbincang di akhir pekan yang berawan. Leo memberikan pertanyaan yang membuat Kyrene terdiam. Pertanyaan itu bukanlah pertanyaan yang sulit untuk dijawab, hanya saja Kyrene merasa pertanyaan itu menampar Kyrene dengan apa yang telah terjadi selama ini. Awalnya Leo bertanya, “Kyrene, apa yang sudah kau lakukan untuk orang-orang disekitarmu? Sudahkah kau membahagiakan mereka? Apakah orang-orang disekitarmu sudah membahagiakanmu?”. Saat itu Kyrene hanya menjawab, “Ya, aku bahagia dengan orang-orang disekitarku. Dan aku yakin, aku sudah membahagiakan orang-orang disekitarku.”

“Aku senang mendengarnya. Jadi, siapakah yang kau maksud orang-orang disekitarmu ini?”

“Tentu saja keluargaku, sahabatku, bahkan kenalan-kenalanku.”

“Aku percaya mereka semua bahagia. Apakah orang tuamu sehat? Kapan terakhir kali kalian liburan bersama?”

“…”, Kyrene terdiam. Ia mencoba mengingat kapan terakhir kali mereka liburan bersama. Semakin Kyrene mencoba mengingat, semakin jauh memori-memori kebersamaan Kyrene dengan orang tuanya. Ya, Kyrene bahkan lupa moment kebahagiaan mereka. Bagaimana mungkin hal yang diingat Kyrene adalah saat ia berlibur ke beberapa pulau dengan sahabat-sahabatnya? Apakah sudah selama itu Kyrene melewatkan moment kebersamaan dengan orang tuanya?

“Leo, sepertinya aku harus menarik kembali ucapanku. Sepertinya aku melupakan banyak hal. Aku hanya mengingat moment kebersamaan dengan sahabat-sahabatku. Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku meluangkan waktu dengan orang tuaku. Sepertinya aku sudah melewatkan banyak kesempatan untuk membuat orang tuaku bahagia Leo.” Kyrene tersenyum sinis. Dia kecewa dengan dirinya sendiri. Dia mengerti arah dari pertanyaan Leo. Leo berusaha menggiring pikiran Kyrene untuk membuat dirinya kembali mengingat kedua orang tuanya yang semakin hari terlihat semakin tua. Putri kecil kebanggaan mereka kini sudah tidak lagi kecil.

Sudah sejak lama Leo memperhatikan hubungan Kyrene dengan kedua orang tuanya yang merenggang. Dan Leo merasa bahwa Kyrene harus disadarkan dengan situasi tersebut. Leo bercerita bahwa kemarin, ayah Kyrene berbicara dengan Leo, lucunya pertanyaan yang ditanyakan adalah mengenai kabar Kyrene dan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan Kyrene. Hal itu membuat Leo bertanya kepada ayah Kyrene mengapa tidak menanyakan langsung kepada Kyrene. Dan ayah Kyrene menjawab, “Putriku sudah tidak kecil lagi, ia sudah tidak mengadu setiap kali merasakan dan mendapatkan hal yang tidak mengenakan. Ia sudah tidak memintaku untuk menghukum orang-orang yang membuatnya kesal. Dia sudah semakin besar. Dia membatasi waktunya untuk bersamaku. Dia memiliki buku diary yang menjadi wadah untuk segala curahan hatinya.  Ia memilikimu untuk segala masukan yang harus dia dapatkan dari segala masalahnya. Bahkan Kyrene hanya sedikit membagi ceritanya kepada ibunya. Dia pulang kerumah untuk mengistirahatkan tubuhnya di kamar setelah lelahnya menjalani hari-harinya. Di waktu liburnya, dia memilih untuk berlibur dengan teman-temannya. Dia mengatasi segala kebutuhan dan masalahnya sendiri. Dia sudah tidak membutuhkan saran atau nasehat dariku. Putri kecilku tumbuh menjadi ratu yang kuat. Percayalah Leo, aku sangat bahagia dengan segala yang terjadi padanya. Dia berhasil untuk mengurus kehidupannya sendiri. Dia bahagia dengan segala yang ia punya. Dia selalu bisa tersenyum disegala permasalahannya. Hanya saja Leo, Kyrene tetaplah putri kecilku. Bagaimanapun ia tumbuh menjadi ratu yang kuat, aku tetap merindukan putri kecilku. Aku tau, aku tidak bisa membuang waktu pentingnya hanya untuk menemaniku berbincang. Aku tidak bisa untuk memintanya terus menerus untuk menjadi putri kecilku. Aku rasa, aku hanya menjadi seorang raja yang egois jika mengurung sang putri dengan menghalanginya untuk menjadi ratu kelak. Maka dari itu aku berusaha menghormati segala keputusan dan tindakannya. Aku mencoba mengerti mengapa ia sulit untuk meluangkan waktunya bersamaku. Aku bahagia atas Kyrene. Aku bahagia ia memiliki sahabat sepertimu Leo. Aku merasa kau sangat membantuku untuk memantau putri kecilku. Aku senang untuk mengetahui kabar tentang putriku. Aku berterima kasih atasmu Leo.”

Mendengar cerita Leo tersebut, Kyrene menangis. Kyrene hanya berkata, “Leo, aku ingin pulang. Aku merindukan raja dan ratuku. Aku ingin menghabiskan waktu untuk satu-satunya raja dan ratuku. Aku merindukan orang tuaku.”

Banyak hal yang terjadi setelah kita semua beranjak dewasa. Semakin banyak hal yang harus kita kerjakan, semakin banyak hal yang harus kita tinggalkan. Tidak ada salahnya menjadi dewasa. Hal itu baik untuk kelanjutan kehidupan kita kedepannya. Segala kejadian tersebut melatih bahkan memaksa kita untuk bertanggung jawab dan lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan kita. Seringkali hal atau seseorang yang selalu ada untuk kita malah kita sisihkan dan kita letakan di urutan terakhir dalam hidup kita hanya karena kita tau bahwa orang tersebut akan selalu ada untuk kita dan selalu mendukung kita apapun yang terjadi. Yang sangat disayangkan adalah saat kita tidak menyadari bahwa orang yang kita letakan di urutan terakhir tersebut adalah orang yang sebenarnya meletakan diri kita sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Dewasa bukan hanya diukur dengan pengalaman yang banyak. Bukan hanya bagaimana kita memecahkan masalah dalam hidup kita. Dewasa juga diukur dari bagaimana kita bersikap dan bagaimana kita menghargai orang lain seperti orang lain menghargai kita, bagaimana kita meyakini bahwa kita saling membutuhkan. Karena dewasa tidak mungkin didapatkan tanpa bantuan orang lain.



       Ditulis oleh :
 Addini D. Haqque
10214179 / 4EA10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar