Nama : Addini
Daulati Haqque
Kelas : 1EA07
NPM : 10214179
Tulisan 4 Ilmu Budaya
Dasar
Manusia dan Tanggung Jawab
Penulis
: Rahmat Hermawan Adi Saputro
Dikisahkan,
sebuah keluarga mempunyai anak semata wayang. Ayah dan ibu sibuk bekerja dan
cenderung memanjakan si anak dengan berbagai fasilitas. Hal tersebut membuat si
anak tumbuh menjadi anak yang manja, malas, dan pandai berdalih untuk menghindari
segala macam tanggung jawab.
Setiap
kali si ibu menyuruh membersihkan kamar atau sepatunya sendiri, ia dengan
segera menjawab, "Aaaah Ibu. Kan ada si bibi yang bisa mengerjakan semua
itu. Lagian, untuk apa dibersihkan, toh nanti kotor lagi." Demikian pula
jika diminta untuk membantu membersihkan rumah atau tugas lain saat si pembantu
pulang, anak itu selalu berdalih dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal.
Ayah
dan ibu sangat kecewa dan sedih melihat kelakuan anak tunggal mereka. Walaupun
tahu bahwa seringnya memanjakan anaklah yang menjadi penyebab sang anak berbuat
demikian. Mereka pun kemudian berpikir keras, bagaimana cara merubah sikap si
anak? Mereka pun berniat memberi pelajaran kepada anak tersebut. Suatu hari,
atas kesepakatan bersama, uang saku yang rutin diterima setiap hari, pagi itu
tidak diberikan. Si anak pun segera protes dengan kata-kata kasar,
"Mengapa Papa tidak memberiku uang saku? Mau aku mati kelaparan di sekolah
ya?" Sambil tersenyum si ayah menjawab, "Untuk apa uang saku, toh
nanti habis lagi?".
Demikian
pula saat sarapan pagi, dia duduk di meja makan tetapi tidak ada makanan yang tersedia.
Anak itu pun kembali berteriak protes, "Ma, lapar nih. Mana makanannya?
Aku buru-buru mau ke sekolah." "Untuk apa makan? Toh nanti lapar
lagi?" jawab si ibu tenang. Sambil kebingungan, si anak berangkat ke
sekolah tanpa bekal uang dan perut kosong. Seharian di sekolah, dia merasa
tersiksa, tidak bisa berkonsentrasi karena lapar dan jengkel. Dia merasa kalau
orangtuanya sekarang sudah tidak lagi menyayanginya.
Pada
malam hari, sambil menyiapkan makan malam, sang ibu berkata, "Anakku. Saat
akan makan, kita harus menyiapkan makanan di dapur. Setelah itu, ada tanggung
jawab untuk membersihkan perlengkapan kotor. Tidak ada alasan untuk tidak
mengerjakannya dan akan terus begitu selama kita harus makan untuk kelangsungan
hidup. Sekarang makan, besok juga makan lagi. Hari ini mandi, nanti kotor, dan
harus juga mandi lagi. Hidup adalah rangkaian tanggung jawab, setiap hari harus
mengulangi hal-hal baik. Jangan berdalih, tidak mau melakukan ini itu karena
dorongan kemalasan kamu. Ibu harap kamu mengerti." Si anak menganggukkan
kepala, "Ya Ayah-Ibu, saya mulai mengerti. Saya juga berjanji untuk tidak
akan mengulangi lagi."
Manusia
dan Pandangan Hidup
Penulis :
Addini Daulati Haqque
Senja
mulai menjelang, langit yang tadinya cerah kian lama mulai meredup ditambah
dengan gradasi oranye di balik awan yang menggelap, menandakan bahwa akan
terjadi pergantian waktu dari siang ke malam. Di tepian danau pinggir taman,
Aurora, Melody, dan Annabelle sedang menikmati indahnya senja dengan sedikit
tiupan angin yang memanjakan mereka dengan kenikmatan tersebut. Semua tenang,
melepas penat dan masalah yang mereka alami.
Sampai
pada akhirnya, Annabelle memecahkan kesunyian tersebut. Seketika dia bertanya, “hey
Aurora, apakah kamu pernah mengalami masalah yang rumit? Yang sampai-sampai
kamu sendiri pusing untuk memikirkannya?”. Aurora dengan santainya menjawab “aku
lupa, kenapa memangnya Annabelle?”. Dengan wajah tengilnya, Annabelle menjawab “alah…
aku lupa, dengan wajah cantik seperti itu, kepribadian baik, kehidupan yang
tercukupi, bahkan pintar sepertimu pasti kamu tidak mempunyai masalah yang
serius. Kamukan serba hidup enak dan tercukupi.”
Aurora
mulai serius memperhatikan Annabelle, ia heran mengapa tiba-tiba Annabelle
menanyakan hal tersebut bahkan berpikiran berlebihan terhadap Aurora. Namun Aurora
mengerti, pasti Annabelle sedang mengalami masalah sulit, karena begitulah Annabelle,
sering melihat orang sebelah mata, mengganggap dirinya paling menyedihkan,
bahkan membantah masukan dari orang lain yang berusaha mengubah sudut
pandangnya. Aurora hanya tersenyum melihat Annabelle, dan kembali menikmati
senja.
Namun
kini Melody yang menanggapi, ternyata ia menyimak ocehan Annabelle terhadap
Aurora. “Annabelle, kamu ini kenapa? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu? Dan
ucapanmu barusan itu bisa membuat Aurora tidak enak hati, dengan kamu bicara
seperti itu, kamu seperti iri kepada Aurora.” Ternyata perkataan tersebut
memancing emosi Annabelle, “aduh apa sih Melody, akukan bicaranya sama Aurora,
lagipula apa yang aku bicarakan benar, Aurora selalu baik-baik saja, buktinya
aku tidak pernah mendengarnya mengeluh tentang masalah yang dihadapinya, tidak
seperti aku yang setiap hari mempunyai masalah yang silih berganti. Hidupku terlalu
rumit, bahkan aku muak dengan hidupku yang seperti ini. Dan kamu Melody, apa
hidupmu sudah baik? Tidakkan?”
Emosi
Annabelle tersebut membuat Aurora geram, ia merasa bahwa Annabelle harus
dinasehati, meskipun hasilnya akan membantu atau tidak, setidaknya Aurora sudah
menasehati. “Oke Annabelle, sepertinya ada yang harus diperbaiki dari penilaianmu
barusan… pertama, Melody hanya menegurmu agar kamu tidak salah bicara kepada orang
lain. Kedua, siapa bilang aku tidak punya masalah, aku punya banyak masalah,
sungguh. Tapi aku tidak ingin menghabiskan waktuku untuk mengeluh, lebih baik
aku menyelesaikan masalahku dibanding aku mengeluh kepada semua orang agar
orang lain dapat mengetahui masalahku. Ketiga, pandangan hidupmu harus diubah,
kenapa kamu selalu mengeluh ini itu? Rasanya kamu masih mempunyai banyak hal
yang dapat disyukuri setiap hari bukan? Aku mengerti bahwa setiap pandangan
hidup setiap orang berbeda-beda, contohnya kamu yang iri dengan kehidupan orang
lain sampai-sampai kamu lupa kalau kamu sebenernya sudah hidup nikmat. Percayalah,
setiap orang punya masalah, entah kecil atau besar, tapi apa kamu tahu bahwa
semua masalah pasti bisa diselesaikan, Allah akan menguji hamba-Nya sesuai
kemampuan hamba-Nya. Lalu untuk apa kamu bersusah payah mengeluh, memikirkan
masalahmu sampai pusing, toh nanti juga pasti ada jalan keluar. Betulkan Melody?”
Melody
yang serius menyimak ucapan Aurora, langsung segera menjawab “betul betul betul…
semuanya karena kamu mempersulit hidup kamu Annabelle…” Dan Annabellepun
sedikit mengerti dan dapat merubah pandangan hidupnya, “jadi apa selama ini
salah? Apa pandangan terhadap kehidupanku ini hanya membuat aku semakin
terpuruk. Aku akui kamu memang benar Aurora, aku sadar setiap aku mempunyai
masalah, aku akan berubah menjadi orang yang menyebalkan. Sepertinya aku harus
berterimakasih kepada kalian berdua, aku mengerti sekarang. Terima kasih
Aurora, Melody…”
Melody
dan Aurorapun hanya tersenyum membalas Annabelle, mereka senang bisa membantu
sahabatnya agar menjalani hidupnya dengan lebih baik.
Hening,
dan tiba-tiba Aurora memecahkan keheningan tersebut “eh, ternyata sudah jam
setengah tujuh nih.. sebaiknya kita cepat pulang. Tidak terasa sudah jam
segini, ini gara-gara ceramahin Annabelle sih… hahaha”
Akhirnya
merekapun bergegas pulang kerumah masing-masing, mereka senang bahwa ada hikmah
yang dapat dipetik dari kejadian tersebut. Alangkah indahnya apabila setiap
manusia mempunyai pandangan hidup yang baik.
Sumber
:
http://adisaputra-jiyeon.blogspot.com/2012/01/cerpen-tentang-tanggung-jawab.html