Sore…
Tepatnya pukul 17.25 WIB, dimana
langit sedang indah-indahnya. Warna yang cocok untuk menggambarkan itu? Hmm
mungkin warna oranye dan kuning. Bukan, bukan oranye dan kuning yang menyala. Bukan
oranye seperti warna motor untuk petugas pos, dan bukan kuning yang sekuning
sirup rasa jeruk. Langit tetap cerah. Bayangkan saja cerahnya langit yang
bewarna biru itu berpadu dengan oranye dan kuning yang menciptakan gradasi yang
indah. Menenangkan. Mungkin itu kata yang tepat untuk mendeskripsikan bagaimana
rupa dari langit senja kala itu.
Segalanya sempurna. Macet di Jakarta
seperti biasa. Bahkan lalu lintas lebih lengang dari biasanya. Aneh, apakah
orang-orang pulang cepat hari ini? Biasanya di jam sibuk seperti ini, Ibu Kota
akan sangat agresif dan tidak membiarkan satupun untuk bersabar menghadapi
kemacetan yang terjadi. Pedagang kaki limapun dengan antusiasnya menjajakan
dagangannya dengan suara yang nyaring seakan-akan sudah sangat terlatih agar
suaranya dapat di dengar dengan keadaan seramai apapun.
Seharusnya Mikaila bahagia. Bagaimana
tidak ? sepanjang perjalanan pulang kantor tadi, dia selalu mendapatkan tempat
duduk dan keadaan di dalam bus juga tidak terlalu padat. Bahkan di halte tempat
dia menunggu bus selanjutnya, Mikaila dapat duduk dengan tenang karena halte
yang sepi. Namun sayang, apa yang seharusnya terjadi menandakan bahwa hal itu
tidak terjadi demikian. Mikaila bersedih. Kali ini sedih yang amat sangat
sedih. Menangis? Tidak. Bahkan Mikaila tidak tau bagaimana untuk memulai
tangisannya. Dia hanya bisa diam. Itu hal yang tepat dilakukan, setidaknya itu
yang dipikirkan oleh Mikaila. Terdiamnya Mikaila dialihkan dengan mendengarkan
lagu di handphonenya dengan menggunakan earphone. Entahlah, saat itu lagu yang
tepat menurut Mikaila adalah lagu dengan judul Butterfly yang dinyanyikan oleh
Maruli Tampubolon dan Raisa Si Wanita cantik luar biasa itu.
Jangan, jangan tanya Mikaila
mengapa dia bersedih. Dia tidak akan sanggup untuk menceritakan semuanya kepada
kalian sekalipun Mikaila sangat ingin melakukannya. Biar aku, aku saja yang
menceritakan kepada kalian betapa sedihnya kehidupan Mikaila. Setidaknya apa
yang benar-benar membuatnya sangat sedih saat ini…
Apa yang terjadi ? yang terjadi
adalah Rasya menjalin hubungan spesial dengan Wirda. Mungkin mereka sekarang
sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Atau mungkin tidak, entahlah. Yang jelas
mereka bukan hanya sekedar teman.
Rasya, ia adalah partner Mikaila.
Sejak SMP mereka selalu bersama, semua berasal saat mereka sekelas di kelas 9. Tanpa
diduga ternyata mereka sangat cocok. Bukan dalam kepribadian yang sama,
kepribadian mereka sangat berbeda. Namun mereka mencoba memahami mengapa segala
sesuatu itu dapat berbeda. Mengertilah mereka, dan hal itu membuat mereka
saling mengisi kehidupan mereka hingga saat ini. Ya, Rasya bekerja di Kantor
yang sama dengan Mikaila. Mikaila terlebih dahulu bekerja di perusahaan
tersebut, dan tanpa diduga ternya Rasya diterima bekerja di perusahaan yang
sama. Takdir? Entahlah, mungkin yang tepat adalah ajaib, atau hanya kebetulan
mungkin.
Segalanya terasa indah,
setidaknya bagi Mikaila. Bagaimana tidak, dari semenjak pertamakali bertemu Rasya, Rasya
selalu memberikan kesan terbaik untuk Mikaila. Rasya sangat pengertian,
perhatian, tidak mudah marah, sangat friendly, dan lebih lagi mereka memiliki
selera humor yang sama. Siapa yang tidak bahagia jika selalu disertai tawa
setiap kali bertemu?
Ditambah lagi, semenjak Rasya
sekantor dengan Mikaila, Rasya selalu mengantar dan menjemput Mikaila. Bahkan
saat Mikaila lembur, Rasya dengan siapnya mengajukan diri untuk menunggu
Mikaila sampai Mikaila selesai lembur. Keuntungan yang luar biasa untuk Mikaila
karena tidak harus berdesak-desakan di bus kota yang jalannya tidak teratur.
Ya, kalian sudah pasti tau. Bahwa
Mikaila menyukai Rasya. Mikaila menyayangi Rasya. Siapa yang tidak akan jatuh
cinta jika menghadapi laki-laki seperti Rasya. Untungnya Rasya tidak terlalu
tampan, tapi tidak terlalu jelek juga. Ideal. Sehingga Mikaila tidak terlalu
takut untuk kehilangan Rasya, dan sepertinya Rasya tidak akan meninggalkan
Mikaila juga, setidaknya begitulah pikir Mikaila.
Tujuh bulan sudah Rasya bekerja
di perusahaan yang sama dengan Mikaila. Tidak terasa semuanya begitu indah.
Rasya dan Mikaila memang tidak menjalin hubungan dengan status yang jelas. Namun
Mikaila yakin bahwa mereka memiliki hubungan yang pasti. Mengapa hubungan
mereka dengan status yang tidak jelas? Entahlah, Rasya hanya bilang bahwa Rasya
sudah nyaman dengan ini semua. Dan Mikaila mengiyakan hal tersebut.
Wirda hadir, anak baru di divisi
yang sama dengan Mikaila. Wirda baik, cantik, blablabla ya… seperti orang pada
umumnya. Meskipun Wirda dan Mikaila berada di divisi yang sama, mereka tidak
terlalu akrab. Sampai akhirnya Wirda bercerita mengenai kehidupannya kepada
Mikaila. Dan Mikaila bertindak sebaik mungkin untuk memberikan tanggapan dan
saran kepada Wirda sebaik mungkin. Tanpa disangka-sangka hal itu membuat Wirda
mengakrabkan diri dengan Mikaila. Dan Mikaila dengan lapang dadanya menerima
Wirda tanpa rasa ragu sedikitpun.
Wirda menjadi teman yang baik
selama di kantor, bahkan mereka tak segan-segan melangsungkan percakapan di
aplikasi chatting saat malam hari sebelum tidur. Tak terasa mereka sudah
berteman selama beberapa bulan. Semuanya berjalan sempurna. Wirda baik, Rasya
baik, Mikaila bahagia. Sampai akhirnya Wirda yang saat itu sedang lembur juga,
bertemu dengan Rasya yang sedang menunggu Mikaila untuk mengantarnya pulang. Dengan
etika baiknya Mikaila, maka Mikaila memperkenalkan Wirda dan Rasya saat itu. Dan
sudah. Sebatas itu yang Mikaila ketahui.
Sebulan dari itu, Rasya semakin
berubah. Sudah dua minggu Rasya tidak pernah mengantar dan menjemput Mikaila.
Mikaila mengerti itu, karena Rasya bilang bahwa kendaraannya sedang digunakan
sepupunya keluar kota. TIdak ada yang salah dari itu. Mikaila harus berangkat
dan pulang sendiri, namun Mikaila tetap mensyukuri itu. Karena Mikaila
menikmati bagaimana nikmatnya duduk di angkutan umum dan melihat
pekerja-pekerja lain yang terlihat lelah juga. Itu membuatnya bersyukur bahwa
dia lelah adalah hal yang baik karena mengantarkan kita ke suatu hal yang baik
pula.
Rasya sering menghilang. Dan ada
hal yang mengganjal antara mereka. Rasya sudah tidak membutuhkan Mikaila lagi.
Untunglah ada Wirda yang mendengarkan segala keluh kesah Mikaila mengenai
Rasya. Wirda hanya mengiyakan dan menyuruh Mikaila untuk bersabar, namun itu
sangat cukup bagi Mikaila.
Kemarin, ya… tepat kemarin. Apa
yang mengganjal di benak Mikaila akhirnya terjawab. Mikaila melihat Rasya
menggandeng tangan Wirda di café dekat halte biasa Mikaila menunggu bus.
Mikaila sangat terkejut melihat hal tersebut, namun Mikaila tetap berpikiran
positif, mungkin saja ada kerjaan yang harus diselesaikan oleh mereka. Namun Mikaila
tidak bisa diam. Dia mencoba untuk menghubungi Wirda dan Rasya dengan
menanyakan bahwa mereka sedang berada dimana. Dan jawaban dari mereka adalah
kebohongan yang semakin mengusik Mikaila. Sudah, cukup. Mikaila harus tau apa
yang terjadi sebenarnya. Mikaila menghampiri mereka. Dan kali ini, mereka yang
terkejut melihat kehadiran Mikaila. Wirda hanya terdiam dengan tatapan angkuh,
seakan membentengi diri bahwa ia tidak salah melakukan semua ini. Dan Rasya,
dengan segala mencoba menjelaskan semuanya kepada Mikaila. Namun yang dapat
dikatakan Rasya adalah bahwa Rasya dan Mikaila tidak mempunyai hubungan apapun,
maka Rasya bebas menentukan siapa yang dipilih oleh Rasya. Detik itu juga,
Mikaila pergi dari café itu dan melanjutkan perjalanan pulangnya dalam diam.
Mikaila tidak pernah menyangka
mengapa semua ini terjadi. Mengapa Rasya dapat melakukan itu? Mengapa Wirda
sedingin itu? Mereka mereka sejahat itu? Kenapa harus Rasya? Kenapa harus
Wirda? Rasya, kenapa harus dengan sahabatku sendiri? Begitulah yang ada di
benak Mikaila.
Langit cerah yang selama ini
dilalui oleh Mikaila, sudah berubah total. Mikaila tidak mempunyai orang yang
dapat dipercayainya lagi. Sudah berakhir. Hari ini di halte bus saat sore hari,
Mikaila masih memikirkan kejadian kemarin. Sekarang kita semua tau, mengapa
Mikaila bersedih dan kalian harus tau bahwa Mikaila adalah pribadi yang sangat
kuat…
Dan Kesedihan Mikaila adalah awal
dari kesedihan yang akan dirasakan berlipat ganda oleh Wirda dan Rasya…
~
Mengapa kesedihan Mikaila akan
menjadi awal dari kesedihan Wirda dan Rasya? Karena tidak pernah dibenarkan
untuk menyakiti orang lain. Saat orang tersakiti, akan ada dua kemungkinan
yaitu orang tersebut akan terpuruk atau orang tersebut akan bangkit dengan hati
yang semakin kuat. Saat orang terpuruk, itu menandakan bahwa dia tidak
menyadari seberapa kuatnya dia dalam menghadapi segala kesakitan itu. Dia tidak
mempercayai kekuatan yang ada di dalam dirinya dan mengerti bagaimana untuk
melawan keterpurukan itu,
Dan saat orang memutuskan untuk
bangkit dan semakin kuat, maka orang itu berhasil meyakinkan dirinya bahwa
segala ujian yang diberikan berdasarkan seberapa kuatnya dia. Dia tau cara
menghadapi agar dirinya tidak semakin terpuruk dan dia tidak merendahkan dirinya
di hadapan orang lain dengan memperlihatkan kelehamahannya.
Ya, semua itu hal yang amat
sangat diwajarkan. Bersedih, merasa langit runtuh, dunia hancur, bahkan
berpikiran untuk mengakhiri kehidupan adalah hal yang sangat wajar untuk setiap
orang yang bersedih. Namun, apakah itu hal yang dianjurkan? Apakah hal itu
adalah hal yang dinilai benar oleh sebagian orang? Tidak. Orang akan ikut
bersedih, diawal. Selanjutnya orang akan tau betapa lemahnya kita.
Lalu mengapa kita terlena untuk
membuat orang lain melihat betapa sengsaranya kita? Mengapa kita tidak berlomba
untuk menyusun lagi pecahan-pecahan kehidupan kita dengan lapisan emas yang
berkilauan? Biarkan orang lain tau kita pernah terluka, namun mereka akan
terpesona dengan keindahan yang kita pancarkan dari segala luka tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar